Kedai Kopi Double Peach (Ameng) Belakang Padang
Gara-gara one of my fave blogger, Mba Noni, ngeposting tentang kopi, saya jadi tertarik mau nyeritain one of the most famous kedai kopi di Pulau Belakang Padang, Kepualaun Riau : Double Peach atau yang lebih dikenal dengan nama panggilan pemiliknya A Meng. Kedai kopi ini hits banget dan sering menjadi tujuan wisata di Belakang Padang, baik turis lokal bahkan mancanegara khususnya negara tetangga, yaitu Singapura (yang memang jaraknya dekat sekali) dan Malaysia.
Sebelumnya saya cerita sedikit tentang hubungan saya dengan kopi. Meskipun kakek dari pihak ayah merupakan pemilik kebun kopi di Lampung sana, dan ayah saya adalah peminum kopi sejati, sebenarnya saya bukan penggemar (berat) kopi. Mungkin karena Ibu saya juga tidak suka kopi, sehingga dalam bayangan saya, kopi adalah minuman para lelaki saja. Kopi Lampung hasil penggilingan sendiri selalu tersedia di rumah, tetapi saya baru mencoba minum kopi sejak SMA. Itupun yang saya sukai adalah coffemix instan produk impor negara tetangga. Yang awalnya beli ialah para sepupu lelaki. Rasanya lebih ringan daripada kopi Lampung dan menurut saya lebih enak karena ada campuran susu dan gula. Ayah yang awalnya tidak mau minum kopi instan akhirnya mulai mau ikutan mencicipi.
Masa-masa kuliah, salah seorang sahabat saya adalah penggemar berat kopi. Kecintaannya pada kopi sampai membawanya melamar pekerjaan sambilan sebagai barista di salah satu coffee shop di Semarang, kota tempat kami kuliah. Coffee shopnya cozy, harganya juga lumayan bersahabat karena menyasar anak muda, tapi pada dasarnya saya memang kurang hobby menghabiskan waktu di cafe, jadi saya juga tidak terlalu sering berkunjung. Apalagi ke cafe / coffee shop terkenal misalnya star***** (paling saya hindari karena alasan tertentu), excel** (lumayan suka cake yang saya lupa namanya dan di Semarang ada banyak cabang), atau Jc* (ini palingan barengan adek dan ibu, tapi terus berhenti total karena ada isu donat sebagai menu andalannya mengandung bahan non- halal)
Berlanjut ke masa kuliah master, jadwal kuliah saya malam hari dan siangnya saya tidak bekerja, otomatis saya punya banyak waktu luang. Setelah lama menetap di daerah Tembalang (mengarah ke luar kota, dekat kampus Undip yang baru), saya akhirnya pindah kosan ke daerah Peleburan (pusat kota Semarang dan dekat kampus Undip lama, saat itu fakultas saya masih disini). Bersamaan saat saya pindah, di dekat kampus, dibuka sebuah coffe shop baru. Ternyata sahabat saya ada yang tinggal di rumah kos yang terletak persis di belakangnya (bahkan sempat 'jadian' dengan salah satu barista-nya huehehehe). Akhirnya coffee shop tersebut semacam markas genk kami yang terdiri dari 6 orang. Mulai dari membuat tugas kelompok, curhat-curhatan sampai menghabiskan weekend kadang kami lakukan di sana. Bila memesan kopi, pesanan saya tetap sama : latte, saya masih "berat" untuk minum kopi murni.
Setelah bekerja, di kompleks ruko dekat kantor saya ada beberapa warung kopi maupun coffee shop. Beberapa kali menghabiskan waktu pacaran tapi kegiatan ini berhenti setelah menikah dan pindah ke Belakang Padang. Simply, karena Belakang Padang merupakan pulau kecil dan masyarakatnya masih tradisional, jadi yang ada hanyalah beberapa kedai (warung) kopi.
Kedai kopi disini telah menjadi sebagian nafas kehidupan. Sebagaimana masyarakat Kepulauan Riau pada umumnya, minum kopi dan kongkow di kedai kopi telah membudaya. Lelaki maupun perempuan, dengan berbagai usia, latar belakang atau pekerjaan, biasa menghabiskan waktu di kedai kopi. Menurut pengamatan saya, mungkin karena disini kurang sarana hiburan, kebiasaan menyantap sarapan pagi hanya berupa segelas kopi atau sebagai kegiatan yang biasa dilakukan untuk mempererat tali silahturami antar penduduk yang memang rata-rata saling kenal satu sama lain. Kedai kopi juga menjadi pusat informasi paling aktual tentang segala hal yang terjadi di pulau ini. Banyak pula pembicaraan mengenai loka' (uang-red) yang "deal" setelah dibahas di kedai kopi.
Candid Ziqri bareng koh A Meng (di belakang.. hueheheehe) Maaf fotonya burem. Ini asli kekuatan foto hengpong jadul ;))) |
Sebagaimana yang telah saya ceritakan diawal, Kedai Kopi Double Peach atau yang lebih dikenal penduduk lokal sebagai Kedai A Meng merupakan salah satu yang paling terkenal. Kedai Kopi ini telah berdiri sejak puluhan tahun lalu. Banyak yang mengatakan, belum sah tiba di Belakang Padang, bila belum mencicipi kopi di kedai A Meng ini. Biasanya penduduk pun akan mengajak teman ataupun kerabat yang bertandang untuk mencobanya. Ada yang awalnya meragukan keistimewaannya, akhirnya kembali lagi ketika sedang ke pulau ini. Bahkan saya kerap mendengar penduduk asli Belakang Padang maupun pendatang yang pernah tinggal di pulau ini tapi telah pindah ke daerah lain, datang berkunjung ke Belakang Padang hanya untuk kembali ke kedai kopi ini. Contohnya saja adik ipar saya dan istrinya yang sama-sama asli Belakang Padang, bila datang dari Batam selalu menyempatkan diri berkunjung demi segelas kopi susu atau roti perata telurnya.
Lokasinya sangat strategis, terletak di bagian depan kawasan pasar Belakang Padang, hanya berjarak sekitar 200 meter dari gerbang pelabuhan. Awal kepindahan saya 3 tahun lalu, ruangannya hanya terdiri dari dua lantai dasar dari rumah toko (ruko) di tambah meja-kursi yang diletakkan di halaman ruko. Namun, tahun lalu A Meng membeli ruko sebelahnya sehingga menjadi tiga bangunan ruko yang terhubung. Penataannya rapi, dengan konsep "open kitchen" sederhana, jadi kita pengunjung dapat melihat para pelayan menyiapkan minuman yang kita pesan, misalnya menyeduh teh tarik dengan bejana panjang khusus. Meja makan pengunjung yang terdiri dari 4-6 kursi disusun dibagian dalam ruko, sedangkan di bagian luarnya terdapat meja-meja panjang atau bulat dengan jumlah kursi yang lebih banyak, yang akan disusun sore hari sekitar pukul 16.00 WIB. Ohya, saya kurang tahu pasti A Meng buka mulai pukul berapa, tetapi bedasarkan cerita orang, ada yang setelah shalat Subuh langsung menuju kemari, sedangkan tutup antara pukul 22.00-23.00 WIB.
Teh tarik favorit saya dan Ziqri |
Menu yang ditawarkan A Meng ialah berbagai minuman seperti Kopi-O, Kopi susu, Teh-O, atau teh tarik. Kopinya berasal dari Tanjung Batu. Prosesnya masih diseduh dan dicampur secara manual, disajikan panas-panas dalam gelas kopi khas daerah kepulauan. Yang unik ialah kemasan untuk dibawa pulang : kopi atau teh dimasukkan kembali dalam kaleng bekas susu Double Peach (Merknya Marigo**, sebuah produk susu asal negara tetangga), yang diberi tali sehingga bisa digantungkkan di stang motor, kendaraan utama disini. Atau dapat juga membeli porsi agak banyak dikemas dalam botol kaca bekas sirup AB* atau botol kecap yang bagian mulutnya ditutup plastik bening dan diikat karet gelang. Saya biasa memesan kopi susu. Rasanya sedikit lebih asam dari pada kopi Lampung dan manisnya nendang banget. Sedangkan makanannya diserahkan pada beberapa tenan penjual. Menu sarapan andalannya antara lain ialah makanan khas melayu seperti roti perata telur, mie goreng, nasi lemak, nasi kuning, mie lendir dan yang terbaru saat ini ada tenan ayam goreng a la kentucky serta masakkan khas pulau Tarempa : luti gendang dan mie Tarempa. Keduanya selau menjadi favorit saya bila berkunjung ke kedai Mie Tarempa yang sangat terkenal di Batam, senangnya sekarang tidak perlu jauh-jauh kesana. Rasanya juga lumayan otentik karena yang membuat memang asli berasal dari Tarempa. Untuk menu malam hari ada ayam penyet dan martabak Mesir.
Luti gendang, dinamakan begitu karena bentuknya kayak gendang, kali ya... Isinya abon pedas dengan rasa khas, sekali makan ga bisa berhenti deh. |
Kelebihan dari Kedai Kopi A Meng diantaranya :
- Kebersihannya dan kerapiannya yang terjaga, terlihat dari ruangan yang di tata modern dan penyajiannya.
- Jumlah pelayan yang lumayan banyak dan sigap memenuhi pesanan pengunjung.
- Jenis makanan yang variatif, dengan tenan yang telah bergabung selama bertahun-tahun, sehingga telah memiliki langganan tersendiri.
- A Meng sering mengobrol dengan para pengunjungnya, meskipun dari wajahnya nampak tidak terlalu ramah.
- 'Prestise' tersendiri, misalnya bila ada kegiatan gotong royong disalah satu rumah warga, tuan rumah sering diminta untuk menyediakan kopi dari kedai A Meng.
- harganya yang masih terjangkau, misalnya segelas teh tarik dihargai Rp. 7.000,-; segelas kopi susu Rp 6.000,- (bisa dibeli dalam ukuran botol bekas sirup seharga Rp 16.000,-); Roti perata telur seporsi Rp 8.000,-; mie goreng seporsi Rp 12.000,-; atau sebuah luti gendang hanya Rp 2.500,- (lebih murah dari pada harga jual di Batam hehehehe).
- Jam buka lebih panjang, karena setahu saya kedai kopi lainnya hanya buka saat sarapan dan tutup menjelang makan siang. Selanjutnya sehabis Magribh biasanya untuk mencari kopi dan makanan lain ke kawasan Lang Lang Laut (tepi pantai). Jadi bila ingin "ngopi cantik" selepas Dzuhur hingga sore hari hanya A meng pilihannya ;)
Tips dari saya :
- Peak hours adalah jam sarapan pagi dan malam selepas Maghrib, terutama saat weekend. Kadang sulit mendapatkan meja kosong, tetapi pengunjung yang rata-rata bersifat kekeluargaan biasa berbagi meja, meski tidak saling kenal pada awalnya. Jadi jangan kaget namun tetap awasi bawaan anda.
- Bila berkunjung malam hari, meja di bagian depan ruko tanpa atap, sehingga bila hujan turun lumayan merepotkan. Apalagi sekarang musim angin, dan angin laut bisa lumayan kencang serta dingin, bila tidak biasa sebaiknya pilih tempat duduk di dalam ruko.
- Lebih seru datang beramai-ramai dengan keluarga atau teman, sehingga bisa saling mencicipi beberapa menu yang disediakan sekaligus.
Saya biasanya datang kemari berdua saja dengan Ziqri, karena ayahnya lebih memilih untuk di bungkus bawa pulang. Alasannya kedai A Meng terlalu ramai, sehingga nyaris selalu ada kenalan yang menyapa. Biasanya untuk sarapan saya pesan teh tarik atau kopi susu sebagai teman makan mie lendir atau mie Tarempa. Saya pun sudah pernah mengajak ayah dan ibu saya ketika mereka mengunjungi kami. Kebetulan lokasinya berdekatan dengan hotel tempat mereka menginap. Untuk menu sarapan, Ibu saya menyukai nasi kuningnya dan Ayah saya lumayan suka dengan kopi-O yang dipesannya. Jadi, bila anda berkunjung ke Belakang Padang, saya sangat merekomendasikan kedai kopi ini. Datang sendirian pun tak masalah, untuk sekedar ngopi sambil mengamati interaksi penduduk asli Belakang Padang dengan bahasa Melayunya yang mendayu-dayu ditelinga. Siapa tahu malah mendapat kenalan baru, sesama pengunjung yang ramah dan saling menyapa.
Catatan : Pulau Belakang Padang dapat ditempuh melalui jalur laut dengan kapal Pancung (kapal kayu atau fiberglass bermesin) bermuatan 10-15 orang yang bisa dinaiki dari pelabuhan Pancung Sekupang (Batam) dengan waktu tempuh sekitar 20 menit dan harga tiket Rp 15.000,-/ orang.
Eh, iya satu lagi, ini memang agak kontradiktif dengan resolusi saya untuk tidak mengupload foto makanan di sosmed, tapi niat saya hanya ingin mengenalkan salah satu tujuan wisata bila ke Belakang Padang dan jelasnya bukan blog berbayar hoahahahaha.
Baca juga : Festival Dzikir Bermadah Kepri 2016
Baca juga : Festival Dzikir Bermadah Kepri 2016
2 komentar
Salam kenal btw, memang worth to try banget kopinya