Festival Barongsai dan Lampion Karimun 2017
Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karimun membuat gebrakan baru, mengadakan Festival Barongsai dan Lampu Lampion Kabupaten Karimun 2017 yang bertaraf internasional. Gaungnya telah dikumadangkan kurang lebih sebulan sebelumnya, dengan menyebarkan pamflet dan undangan bagi segenap sasana barongsai baik yang berada di Indonesia maupun negara tetangga yakni Singapura dan Malaysia.
Untuk barongsai, kategori yang diperlombakan ialah barongsai tradisonal atau lantai. Kategori ini yang memungkinkan untuk ditampilkan di Panggung rakyat Putri Kemuning Coastal Area Tanjung Balai Karimun yang berukuran 20 x 10 meter. Setiap penampilan memiliki alur cerita dan dilengkapi dengan berbagai alat bantu seperti kursi, meja, jembatan, guci dan tentunya tanaman sebagai "makanan" dari barongsai. Peserta harus memenuhi kualifikasi mewakili sasanana atau perkumpulan barongsai dengan jumlah anggota berjunlah maksimal sepuluh orang, dengan rincian 6-8 orang pemain, seorang pelatih dan seorang manager. Pemain tidak boleh diganti sepanjang penampilan.
Sedangkan untuk lampu lampion, bentuk yang disayaratkan ialah lampion berbentuk hewan yang mewakili shio. Ukuran maksimalnya adalah 1 meter dan diberi penerangan dengan lampu bertenaga baterai dan harus ada pengait untuk digantung.
Saya dan dan keluarga tiba di Coastal Area selepas Isya, sekitar pukul 20.00 WIB. Manusia telah menyemut memenuhi bagian depan panggung Putri Kemuning. Iseng saja, saya sambil mengendong Ziqri mendatangi bagian samping tenda VIP dan menyapa seorang panitia -yang enggan disebutkan namanya. Dengan pedenya -untuk pertama kali juga- saya mengaku sebagai blogger dan mempekenalkan diri. Saya sempat mewawancarainya sejenak, bahkan saya di tawari duduk di kursi VIP disalah satu meja berdekatan dengan tempat kami mengobrol. Sayangnya, anak saya yang memang takut dengan keramaian dan orang asing, menolak.
Jadilah, selama kurang lebih dua jam berikutnya, saya ikut berdesakan di bawah tenda VIP antara menonton rangkaian acara, memotret dan merekam video sambil menggendong bocah 15 kg. #curcol. Pengalaman tak terlupakan, karena meskipun setelah meninggalkan acara tangan kiri saya sampai mati rasa, saat menuliskan kembali pengalaman ini hanya tersisa kesenangannya.
Saya senang, kabupaten tempat keluarga saya berdiam selama 17 tahun terakhir, sukses mengadakan festival bertaraf internasional ini dengan terbilang sukses. Tampaknya panitia dengan serius telah mempersiapkan acara, mulai dari penginapan para peserta, penyediaan sarana angkutan, melaksanakan welcome dinner di malam sebelumnya, hingga eksekusi pada hari H. Tata lampu dan sound sistem yang diatur dengan matang membuat acara lebih menarik. MC yang dihadirkan pun cukup profesional, tidak terlalu ngebanyol tapi tidak terlalu formil betul.
Peserta perlombaan barongsai totalnya ada sebelas grup. Tidak hanya sasana barongsai dari Propinsi Kepulauan Riau seperti dari Kundur, Tanjung Pinang dan Batam, ada juga sasana dari Tebing Tinggi, Sumatera Utara, Pekanbaru, Singapura dan Johor, Malaysia. Mereka tampil sesuai nomor urutan. Tiga diantaranya telah tampil sebelum saya hadir, lalu perlombaan dipotong penampilan band hiburan serta rangkaian acara pembukaan.
Rangkaian acara pembukaan diawali kata sambutan dari Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabuapten Karimun, Drs. H Suryaminsyah. Ada yang menarik, dalam kata sambutannya, pria yang akrab disapa Wak Mien ini, meminta dukungan dari pemerintah Propinsi Kepulauan Riau khususnya dari segi pendanaan, agar hadiah yang diberikan pada para juara bisa ditingkatkan lagi. Dilanjutkan dengan kata sambutan oleh Bupati Kabupaten Karimun, H. Aunur Rafiq, S.Sos, M.Si yang mengharapkan festival ini dapat membuka gerbang industri pariwisata lebih luas lagi. Terakhir, Gubernur Kepulauan Riau, Dr. H. Nurdin Basirun, S.Sos, M.Si, membuka acara sambil menabuh gong bersama para FKPD, Bupati Karimun, Ketua panitia dan perwakilan Paguyuban Sosial Masyarakat Tionghoa Indonesia (PSMTI). Dalam ungkapan pembukaannya, beliau menyambut baik dan spontan menyanggupi menambah besaran hadiah bagi para pemenang masing-masing sebesar Rp 5.000.000,- untuk juara 1 hingga 3 barongsai dan Rp 2.000.000,- bagi juara harapan 1 dan 2.
Penambahan hadiah ini tentunya menambah semangat para peserta yang belum unjuk kemampuan. Mereka berusaha tampil maksimal di hadapan para juri, yang berjumlah 3 orang. Juri merupakan para juara nasional barongsai dan anggota Federasi Olahraga Barongsai Indonesia (FOBI) asal Jakarta dan Padang, Sumatera Barat. Penilaian memiliki 10 kriteria meliputi sopan santun peserta, judul alur cerita, bentuk barongsai, ekspresi, musik, gerak, komposisi dan hasil dari permainan, tingkat kesulitan serta alat pendukung. Masing-masing bernilai maksimal 1 poin. Ada pula pemotongan poin atau sangsi yang diberikan apabila dalam penampilan melakukan kesalahan, misalnya menjatuhkan sayuran. Tim dengan nilai bersih tertinggi ialah pemenangnya.
Barongsai asal Singapura, peraih juara II |
Si Singa genit asal Batam favorit saya, peraih juara harapan II. pendapat saya sebenarnya yang ini lebih atraktif penampilannya dari yang item diatas. |
Masing-masing peserta memberikan penampilan dalam rentang waktu maksimal 20 menit. Setelah mempersiapkan setting panggung, duo MC membacakan sinopsis cerita. Yang paling berkesan bagi saya ialah kisah Perjalanan Mencari Mustika yang ditampilkan tim dari Singapura serta kisah barongsai yang menyebrangi sungai demi mencari makan yang ditampilkan oleh sasana asal Batam. Alasannya karena kostum barongsai didominasi warna Pink -warna favorit saya.
Setelah berlaga akhirnya diumumkanlah para pemenang beserta nominal hadiah yang diterima ditambah trofi :
Kategori Barongsai :
Juara I : Bintan Dragon And Lion Association asal Tanjung Pinang (poin 8,52), Rp 20.000.000,-
Juara II : Zhu Yun Gong asal Singapura (poin 8,46), Rp 15.000.000,-
Juara III : Himpunan Cinta Teman dari Pekanbaru, Riau (poin 8,42), Rp 10.000.000,-
Juara Harapan I : Thai Hing Nam Wah asal Johor, Malaysia (poin 8,4)
Juara Harapan II : Persaudaraan Barongsai asal Batam (pon 8,37) Rp 4.000.000,-
Juara II : Zhu Yun Gong asal Singapura (poin 8,46), Rp 15.000.000,-
Juara III : Himpunan Cinta Teman dari Pekanbaru, Riau (poin 8,42), Rp 10.000.000,-
Juara Harapan I : Thai Hing Nam Wah asal Johor, Malaysia (poin 8,4)
Juara Harapan II : Persaudaraan Barongsai asal Batam (pon 8,37) Rp 4.000.000,-
Kategori Lampion perorangan ;
Juara I : Siswanto Rp 3.000.000,-
Juara II : Suratman Rp 2.000.000,-
Juara III : Suraji Rp 1.000.000,-
Acara ditutup dengan penyerahan hadiah oleh Gubernur Kepulauan Riau dengan didampingi para FKPD propinsi maupun Kabupaten Karimun, perwakilan PSMTI dan wakil Ketua DPRD Kabupaten Karimun. Besarnya hadiah telah langsung ditambahkan sesuai janji pak Gubernur.
Saya berharap tahun depan acara festival ini dapat berlangsung lebih meriah dan diikuti dengan peserta yang semakin ramai jumlahnya. Melalui kegiatan postif ini akan dapat mempererat persatuan diantara umat beragama serta semakin mengenalkan nama Kabupaten Karimun serta Propinsi Kepulauan Riau pada umumnya sebagai salah satu destinasi wisata.
Saya berharap tahun depan acara festival ini dapat berlangsung lebih meriah dan diikuti dengan peserta yang semakin ramai jumlahnya. Melalui kegiatan postif ini akan dapat mempererat persatuan diantara umat beragama serta semakin mengenalkan nama Kabupaten Karimun serta Propinsi Kepulauan Riau pada umumnya sebagai salah satu destinasi wisata.
Ular Naga asal Pulau kundur, Kabupaten Karimun sebagai bintang tamu, ditampilkan setelah penabuhan genderang pembukaan
30 komentar
Tapi jauh yah...di karimun ._.
Di tempatku sepi-sepi aja.. payah..
Unyu unyu warna pink.
Padahal aslinya, takut liat barongsai. #halakh
Aamiiin semoga yaa..