Tribute to Mas Sharom Adijaya
Hari ini kabar duka kembali menaungi saya dan teman-teman khususnya kelas A2 Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro angkatan 2008. Kabar yang dibagikan di facebook oleh Mba Anggun terasa tak nyata, sungguhkah Mas Sharom Adijaya --suaminya, telah tiada? Setelah saya scroll ke bawah dan mendapati ucapan belasungkawa dari teman-teman yang lain, lepaslah bendungan air mata saya.
Mas Sharom dan mba Anggun ialah couple idaman setiap anak kelas A2, terutama saya dan mungkin teman-teman lain yang belum menikah. Mereka begitu.. Apa ya? Sekufu! Secara fisik mereka begitu mirip (bahkan saya sempat mengira mereka bersaudara kandung! Nanti saya akan ceritakan lebih detil di bawah), secara intelektual, maupun secara sifat dan pembawaan yang halus dan tenang.
Romantisme keduanya tidak perlu ditanyakan lagi, setiap hari berboncengan berdua, saling memanggil mesra "ayah dan bunda", membuat saya dan teman-teman yang masih sendiri jadi mupeng bukan kepalang! Tak sedikit yang meminta nasihat soal percintaan dan jodoh pada mereka. Banyak yang kagum akan keputusan mereka untuk mengalihkan anggaran pesta besar-besaran untuk digunakan kuliah magister kenotariatan berdua setelah menikah! How romantic was that? "Berbulan madu" berdua sambil menimba ilmu selama 2 tahun di kota lain.
Ada juga yang tertarik meminta nasehat dalam memulai usaha, karena mereka mengembangkan bisnis laundry selama kuliah. Tetapi tidak mengganggu kegiatan perkuliahan, bahkan seingat saya, hanya Mas Sharom dan beberapa teman lain dalam satu angkatan saya yang lulus dari mata kuliah Pembuatan Akta Umum II hanya dalam sekali ujian. Magic!
Setelah lulus, saya hanya berkomunikasi dengan mba Anggun via media sosial. Berkali-kali saya nyatakan kekaguman saya kepada Rizki, putra sulung mereka. Saya ingin sekali Ziqri bisa mengikuti jejak Rizki yang shaleh, bahkan mampu meyakinkan bundanya berhijab. MasyaAllah. Kebahagiaan keluarga ini semakin lengkap setelah kehadiran si bungsu Rizka. Sepasang cahaya mata yang kelucuan foto-fotonya sering menarik perhatian saya dan teman-teman lain.
Saya menyesal sekali tahun 2015 lalu tidak jadi meetup dengan keluarga ini. Padahal mba Anggun telah menyanggupi menjemput Saya, Ibu saya dan Ziqri di hotel tempat kami menginap. Sayangnya saya yang membatalkan karena keluarga saya yang mengundang kami ke Tangerang tersebut juga menjadwalkan acara di jam yang sama.
Ohya, tadi saya sempat bahas sedikit, sebenarnya ini rahasia saya yang kadang masih membuat saya senyum-senyum sendiri. Pertama kali saya berkenalan dengan pasangan ini ialah ketika bertemu di ruang tata usaha kampus. Saya lupa dalam tahapan daftar ulang atau apa, yang jelas kami sama-sama menggunakan bawahan hitam dan atasan putih, seragam mahasiswa baru. Seingat saya, saya menyapa dan berkenalan dengan Mba Anggun yang sedang duduk mengisi berkas. Saat sedang berbasa-basi, tiba-tiba sosok Mas Sharom mendekat untuk menayakan sesuatu (yang berhubungan dengan pendaftaran). Setelah itu beliau pergi lagi. Sebenarnya saya sudah ingin bertanya pada mba Anggun "Mba, kuliahnya bareng adeknya?". Entah mengapa pertanyaan tersebut saya cut dalam pikiran saja. Alhamdulillah banget, lho. Karenaaaaa... Ternyata Mba Anggun duduk di depan saya selama ujian (nomor absen kami berurutan). Kalau ga, bayangin betapa akwardnya saya selama kuliah? Ga sopan banget ngira suaminya sebagai adeknya mba Anggun? Glekh! Hoahahaha.
Kini, mas Sharom telah tiada. Segala kenangan indah dan kebaikannya tidak akan pernah saya dan teman-teman lain lupakan. Selamat jalan mas.. Semoga Khusnul Khatimah dan Allah SWT memberikan tempat terindah disisiNya. Allahumaghfirlahuu Warhamhuu Wa'afihi Wa'fu'anhu. Al Fatihah..
Dan semoga mba Anggun dan keluarga yang ditinggalkan di beri keikhlasan dan ketabahan dalam menghadapi hari-hari kedepannya. Mba Anggun harus kuat demi mendidik Rizki dan Rizka. Semoga mereka berdua selalu shaleh dan shaleha sehingga menjadi ladang amal jariyah bagi ayahnya. Aamin YRA.
Posting Komentar