Nostalgia 90'an : 10 Hal Seru dan Menyenangkan
Hai Assalamu'alaikum.
Generasi 90-an mana suaranya?
Generasi 90’an ini bisa dibilang adalah anak-anak yang lahir di tahun 80 dan 90-an. Ada juga yang menyebut generasi ini sebagai generasi milenial. Umumnya adalah kita-kita nih, yang lahir di antara tahun 1981 sampai 1996. Bila dihitung-hitung, di usia saat ini tentu kita sebenarnya sudah cukup matang ya. Namun saya yakin, tidak membuat kita melupakan kesenangan masa kecil yang dulu kita peroleh di tahun 90-an.
Saya adalah salah seorang merasa sangat beruntung bisa menjalani masa kecil di tahun 90-an. Sedikit gambaran, diawal dekade 90an, saat itu saya dan keluarga pindah dari Jakarta yang mana statusnya masih ibukota negara ini ke sebuah ibukota provinsi yang sedang dalam tahap pembangunan yang pesat.
Jadi ada masa perubahan, kehidupan saya menjadi lebih santuy, tidak sehectic saat tinggal di ibukota. Ayah dan ibu saya tidak harus berangkat bekerja pagi buta dan pulang larut malam lagi. Ayah selaku pegawai negeri bekerja dengan waktu yang lumayan normal. Ada sih masanya beliau harus lembur dan dinas luar kota tapi selebihnya banyak menghabiskan waktu bersama keluarga. Ibu saya resign dari pekerjaannya yang berdasarkan shift menjadi ibu rumah tangga yang masih memiliki praktek mandiri bareng temannya.
Keluarga kami bisa dibilang mengutamakan kepentingan pendidikan. Meskipun kedua orang tua saya secara perekonomian biasa saja tetapi sejak sekolah dasar Saya dan adik diupayakan masuk ke salah satu sekolah paling bergengsi di kota kami saat itu. Bisa dibilang, teman-teman seangkatan adalah anak dari para pejabat, tokoh politik dan kemasyarakatan serta pengusaha paling berpengaruh (dan berduit) di tatanan Provinsi. Secara tidak langsung memperluas pergaulan dan juga wawasan kami dalam kehidupan.
Kami tinggal di daerah perkampungan, bukan perumahan yang dibangun oleh pengembang jadinya pergaulan kami pun cukup berimbang. Sayangnya di daerah rumah, tidak ada yang usianya persis sebaya saya. Ada beberapa anak perempuan yang usianya satu atau dua tahun diatas atau dibawah. Saya awalnya masih lumayan bergaul meski kadang agak jengah ketika para kakak sudah mulai membicarakan cinta monyet Hoahahaha.
Jadilah -selain karena waktu sudah banyak habis di sekolah dan les- saya lebih banyak main di rumah bersama adik perempuan. Sebagai dua bersaudara, karakter kami agak berbeda, saya lebih tomboy sementara adik girly. Untungnya untuk selera permainan dan barang-barang kami tetap bisa sharing dan main barengan.
Nah, dalam rangka balik ke rumah ortu dan bongkar-bongkar barang kenangan, jadi teringat ada beberapa hal yang seru banget buat anak 90an :
1. Baca Majalah dan Komik
Ayah dan ibu saya sangat gemar membaca. Untuk meningkatkan minat membaca, kami berlangganan tabloid Nova dan sering dibelikan majalah Bobo. Setelah remaja adik saya sempat lama berlangganan majalah Gadis, sementara saya berlanjut hingga tahun 2010an membaca ‘kakaknya’ Majalah Cita Cinta. Seru, saya sampai ikutan gathering nya di Semarang dan masih berteman dengan beberapa membernya di sosial media hingga saat ini.
Sedihnya sekarang koran, tabloid dan majalah banyak yang sudah berenti dari bentuk cetak dan beralih ke versi digital. Padahal baca karya cetak fisik ini sensasinya beda, di antaranya :
- Kita harus menunggu edisi terbaru, entah seminggu sekali, 10 harian (Gadis), Dua Mingguan (Cita-Cinta) atau bahkan bulanan atau triwulan
- Bisa dapat update berita dan kabar dari mancanegara, karena saat itu internet belum semasif sekarang. Apalagi tentang acara serial televisi barat yang saya ikuti. Rasanya seneng banget.
- Artikel, gambar / foto atau informasi yang menarik bisa digunting untuk di kliping atau dipajang sebagai poster untuk di kamar
- Majalah sering memberi bonus yang bermanfaat, mulai dari kalender hingga saya punya tali skipping bonus dari majalah olahraga
- Bisa jadi bahan scrapbook
- Bekasnya bisa dijual ke tukang loak Hoahahaha
Kalau komik, Inget banget, dulu setiap ayah dinas ke Jakarta, koper ayah yang tadinya kosong penuh berisi buku-buku. Saya tak kan pernah lupa perasaan bahagia kala menyusun buku-buku tersebut sambil membuka plastiknya nya satu demi satu. Yang lucu sebenarnya saya atau adik tidak pernah me-request judul komiknya. Ayahlah yang pertama kali membelikan komik Doraemon dan beberapa judul serial cewek, Selanjutnya tinggal beli nomor berikutnya di toko buku di kota kami atau menunggu ayah dinas lagi.
2. Menulis dan Bertukar Diary
Saling bertukar mengisi diary yang lucu-lucu dengan aneka karakter kesukaan adalah salah satu hal yang awalnya saya anggap aneh. Bagi saya yang saat itu masih kelas satu dan super polos, diary ya tempat kita curhat, lalu disimpan karena malu kalau dibaca orang lain. Ternyata teman-teman mengajak saling bertukar dan mengisi biodata, moto hidup plus kesan dan pesan. Dahsyatnya ada juga yang mengajak bertukar foto! Bikin bingung gimana menjelaskan kepada orang tua kalau saya butuh foto dari album untuk diserahkan ke teman. Eh, teryata saya masih punya diari dengan foto teman-teman itu. Covernya Jurassic Park. Film yang memang baru diluncurkan dan banyak fansnya.
Diary-diary yang masih tersimpan, ada juga yang hilang karena kami sempat pindah |
3. Koleksi Perangko / Sticker / Penghapus / Poster
Anak 90'an itu hampir segala macam printilan kecil dikoleksi. Saya koleksi perangko, melanjutkan warisan dari ayah, adik saya koleksi penghapus dan sticker. Ada juga yang suka memajang poster di kamar.
koleksi pembatas buku, asalnya dari bonus majalah, DIY bahkan ada tag pembelian baju / boneka |
4. Ngumpulin Bonus Snack / Resto Ayam Goreng
Ada yang masih inget Tazos?? |
ini pembandingnya, bonus dari snack tahun 2010 keatas |
5. Koleksi Kertas Surat dan Binder
6. Dengerin Radio, Kaset dan Nonton Laser Disc / VCD
7. Main Sepeda atau In Line Skate / Sepatu Roda
8. Main Game Konsol
9. Manjat Pohon dan Permainan Tradisional Rakyat
Wuih, kalau main dengan teman "sekampung" pasti ga jauh-jauh dari kegiatan manjat pohon. Ga mesti saat musim buah, kayaknya anak zaman dulu merasa keren aja gitu pas nongki di atas pohon. Sejujurnya kemampuan memanjat saya biasa saja, tapi saya suka sekali ketinggian. Lumayan, minimal skillnya masih terpakai hingga kini saya masih bisa lah ganti bohlam lampu dan buka pasang gorden sendiri tanpa bantuan.
Kalau main permainan tradisional biasanya bareng teman sekolah. Seru banget kita mainnya campur cowok-cewek mulai dari main Kasti, Lompat Tali, Gobak Sodor (kalau di Pekanbaru namanya CakBur), Engklek (Setatak) sampai bola bekel dan congklak. Iya, dulu sekolah dasar saya anaknya ga hanya pinter secara akademis, antimisoginis juga. Yang cowok ga malu dan jago-jago banget main permainan yang sebenarnya masuk kategori permainan cewek sementara yang cewek juga super tangguh buat beat up cowok bahkan di adu lari sekalipun.
Sayangnya sekarang sudah mulai punah, permainan tradisional bahkan harus diperkenalkan pada anak-anak melalui program P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) dalam Kurikulum Merdeka. Keponakan cewek sampai harus di briefing dulu sebelum belajar di TK-nya.
10. Main Petasan dan Kembang Api di Bulan Ramadan
Ini salah satu momen yang paling berkesan di bulan Ramadan. Selepas tarawih anak-anak akan berkumpul untuk bermain kembang api dan petasan.
Sayangnya saat ini anak-anak bermain petasan dengan semakin tidak tahu waktu. Kadang mereka berani bermain saat shalat Tarawih berjamaah masih berlangsung. Bahkan ada yang berani bermain hingga dini hari. Alhasil semakin banyak yang mengumandangkan bahaya main petasan.
❤❤❤❤❤
Menuliskannya kembali membuat saya bersyukur Alhamdulilah ala kulli hal, masa kecil saya sangat bahagia. Sebenarnya ada banyak hal seru lain dari era 90an, misalnya gaya pakaiannya yang gombrong, gaya bahasa gaulnya yang lucu dan kegiatan yang dianggap anak-anak tetap seru semacam ikut les pelajaran / hobby atau pergi ngaji ke TPQ.
Btw, kalau masih ingin bernostalgia, ada yang pernah saya ulas juga sebelumnya dari nonton sinetron, kartun, telenovela sampai rasa mie instan kesukaan saya dari tahun 90an.
1 komentar