G20 : Film Aksi Bak Surat Cinta Bagi Para Ibu
Sudah lama sekali rasanya saya menyukai film aksi Hollywood yang peran utamanya adalah seorang wanita. Mungkin film sejenis terakhir yang saya suka itu adalah Tomb Raider di tahun 2018, itu pun film tersebut adalah joint venture dengan Inggris.
Makanya saya semangat sekali nonton film G20 ini saat ditayangkan di Prime Video. Dari poster filmnya -yang di thumbnail video hanya menampilkan Viola Davis- tanpa membaca sinopsisnya pun saya tanpa berpikir panjang langsung nonton.
Oh ya, biasanya ketika menonton film di rumah saya selalu mengusahakan untuk nonton terlebih dahulu sebelum mengajak anak saya. Selain untuk menilai apakah ada muatan yang bertentangan dengan nilai-nilai yang saya anut, biasanya saya mempersiapkan diri untuk melakukan sensor mandiri, misalnya menghentikan adegan yang saya anggap terlalu berlebihan muatan hubungan dewasa atau kekerasannya, sekaligus menandai bagian bagaimana yang bisa mengajak anak saya berpikir kritis dan memberi pengetahuan tambah. Entah kenapa, kali ini saya langsung mengajak anak lelaki saya yang usianya pra-remaja untuk sekalian menonton bareng. Alhamdulillah, Saya tidak menyesal malah bersyukur. Film ini merayakan wanita, terutama ibu yang berperan ganda sebagai ratu rumah tangga dan secara kiasan ratu penguasa dunia modern.
Sinopsis
Di masa kini (namun dalam realitas alternatif lah ya) di mana Amerika Serikat (USA) dipimpin oleh seorang wanita keturunan ras Negroid. Presiden Danielle Sutton atau Dani -sebagaimana Ia dipanggil oleh orang-orang terdekatnya, nampak tegang karena dibangunkan oleh agen Secret Service di tengah malam. Para agen melaporkan bahwa mereka telah mendapatkan kontak langsung dengan seseorang bersandi Avis dan bersiap membawanya pulang. Adegan tersebut paralel dengan kejadian di belahan negara lain, dimana seorang wanita muda mencoba menjual dompet crypto bernilai jutaan dolar. Karena merasa akan dikhianati, Ia pun melarikan diri. Malangnya setelah berupaya keras untuk kabur pada akhirnya Ia tewas diracun oleh sesosok pria misterius. Ternyata Avis adalah putri sulung sang presiden -Serena Sutton- yang berhasil mengelabui agent SS pengawalnya bahkan memanipulasi teknologi mereka.
Selanjutnya presiden Dani membawa serta suami dan kedua anaknya -yang bungsu Demetrius, lelaki- ke pertemuan negara-negara G20. KTT kali ini diadakan di Cape Town Afrika Selatan. Tujuan utama pertemuan untuk membicarakan bagaimana caranya para anggota G20 -kelompok negara dengan perekonomian teratas di dunia, seharusnya Indonesia juga diundang, kan termasuk anggota- bekerjasama mengurangi dampak kemiskinan dan kelaparan yang tengah menghantui dunia global.
Sayangnya, di tengah kegiatan pembukaan KTT terjadilah pengkhianatan oleh para teroris yang berusaha menyandera mereka semua.
Dapatkah Presiden Danielle yang seorang mantan anggota militer dan veteran perang menyelamatkan keluarganya dan seluruh keadaan serta stabilitas global?
Review
Bagi saya -dan mungkin sebagian besar orang yang tumbuh bareng film aksi Hollywood semacam Die Hard, G20 adalah film yang klise. Formulasinya standar film aksi, di mana ada sekelompok orang yang disandera penjahat kemudian berhasil meloloskan diri serta melakukan serangkaian aksi heroik. Lebih gawatnya, alasan pengkhianatan yang dilakukan dan motif yang melatarbelakangi terjadinya penyanderaan juga sudah sangat sering digunakan di puluhan film sejenis. Di sana-sini terdapat plot hole yang bahkan cukup mengganggu bagi anak saya, plot twist siapa mastermindnya pun telah terbaca sejak bagian awal cerita.
Namun hal-hal tersebut tidak terlalu mengurangi rasa seru dan fun, saya sangat menyukai film ini bahkan memberikan pujian serta rating cukup tinggi.
1. Peran Utama Bersinar
Benar, Viola Davis sebagai bintang utama adalah aktris luar biasa. Ditelusuri dari laman Wikipedia beliau adalah salah seorang artis yang menerima Triple Crown di bidang akting (pernah menang penghargaan Emmy untuk serial televisi, Tony untuk tampil di teater dan Oscar untuk penampilannya di layar lebar) serta EGOT (menang ketiga kategori tadi ditambah Grammy dibidang rekaman suara). Saya sendiri pernah suka banget dengan penampilan beliau di serial How to Get Away With Murders.
Siapa sangka di usianya yang lebih dari setengah abad -nyaris kepala enam di tahun ini- Ia memutuskan untuk main film action. (Dadah-dadah dulu ke Amanda Waller perannya di DC Universe yang lebih banyak main politik meski jadi cameo di beberapa film superhero). Memang koreografinya tidak se-bold pertarungan pasukan wanita dari Wakanda-nya Black Panther (spoiler alerts: ada satu tokoh cewek yang agak mirip dengan pasukan Wakanda sehingga dapat pujian dari anak bungsu Sang Presiden demikian), tetapi feel sebagai veteran perangnya dapat banget. Tak hanya kuat dan fasih menggunakan senjata, Ia juga kombatan sejati yang mampu bertarung dalam jarak dekat, taktikal, sekaligus menunjukkan kedukaan ketika harus mencederai musuh, penyesalan yang mendalam dari pengalaman pertempurannya.
Dalam film yang disutradarai oleh seorang perempuan, Viola Davis menunjukkan sisi keibuan sang presiden dengan luar biasa. Ada satu adegan yang sangat berkesan, ketika diadakan konferensi pers sebelum perjalanan ke Afrika Selatan, di mana seharusnya yang dibahas adalah program yang akan dipresentasikan di KTT, tiba-tiba seorang wartawan malah menanyakan hal pribadi "Apa tanggapan Anda tentang agen Secret Service yang menjemput Putri Anda di klub? Bagaimana kami (rakyat USA) bisa merasa aman dan mempercayai kepemimpinan Anda sementara Anda sendiri tidak bisa mengurus keluarga (dengan baik)?"
Saat itu Presiden Sutton hanya terdiam sambil merenung kemudian segera menghentikan jalannya sesi tanya jawab.
Adegan tersebut memicu pertanyaan dan diskusi seru dengan anak sulung saya. Ia langsung berkomentar "Mengapa ketika seorang wanita yang berkuasa pun ujung-ujungnya ditanya soal anak?"
Wah saya senang sekali, mata anak laki saya semakin terbuka akan banyaknya tantangan menjadi seorang wanita. Menjadi orang nomor satu di negara se-adidaya Amerika Serikat pun, tolak ukurnya tetap keberhasilan mendidik anak dan keluarga. Terlepas apakah pertanyaan tersebut sebenarnya etis atau tidak diajukan dalam momen resmi, itulah harsh truth yang dihadapi wanita kapanpun di belahan dunia manapun. Pandangan judgemental dan tuntutan dari lingkungan untuk selalu sempurna baik di dunia kerja maupun domestik rumah tangga.
Saya tidak menafikan peran suaminya Derek Sutton (dimainkan dengan apik oleh Anthony Anderson) -yang seingat saya tidak dijelaskan secara gamblang profesinya- adalah seorang suami dan ayah yang hangat serta turut berperan aktif dalam pengasuhan putra-putrinya. Tetap saja Dani harus menjalankan peran gandanya tersebut dengan totalitas dan dua kali lebih giat karena gerak-geriknya selalu disorot oleh dunia.
Memberikan pemahaman ini kepada anak-anaknya jauh lebih sulit, si sulung Serena (diperankan oleh Marsai Martin), merasa Ia tidak memilih kehidupan dalam sorotan ini dan bakatnya (menjadi seorang hacker Hoahaha) seolah harus dikuburkan. Lagi-lagi mungkin karena sutradaranya wanita, eksekusinya terasa mengena dan hangat.
2. Peran Pendukung tak Kalah Bersinar
Bagi saya ada beberapa wajah-wajah familier lain seperti Ramon Rodriguez (agen secret service yang mati-matian melindungi Presiden Dani), Elizabeth Marvel (Menteri Keuangan), Sabrina Impacciatore (Pemimpin IMF yang turut membantu Dani) dan Clark Gregg (wakil presiden yang memantau harap-harap cemas). Namun yang paling mencuri perhatian saya selain Noxolo Xiamedi sebagai agen Wakanda eh Lasedi dari Afrika Selatan adalah MeeWha Alana Lee (ibu negara Korea Selatan) yang tak sekedar cantik pakai Han Bok di acara kenegaraan resmi tapi juga tegas, penuh rasa keingintahuan dan berani beraksi.
3. Proporsi Pas Adegan Aksi dan Drama
Sebagai catatan, ada satu adegan mesra antara Presiden Dani dan suaminya tapi bukan yang berlebihan.
Drama keluarganya bisa memulai diskusi sekaligus mengajak anak yang nonton menyimpulkan sendiri kenapa anak remaja sering salah paham dengan ortunya dan vice versa.
Pada dasarnya yang dibutuhkan adalah komunikasi. Bukan hanya dua arah dari ortu dan sang anak, bisa juga dengan anggota keluarga lain yang saling menyayangi. Ada satu adegan yang keren banget menurut kami, ketika awalnya sang kakak kesal kala dibandingkan dengan adik lelakinya yang penurut dan tidak berulah (meski sama-sama harus sesuai aturan dan dibawah perlindungan SS), terbuka matanya ketika sambil menyaksikan aksi sang ibu dari ruang kontrol media, sang adik bilang "Kakak tahu kan, ibu bisa (dan sanggup melakukan semua aksi itu)? Beruntunglah, Kakak cuma di-grounded (di hukum dilarang keluar dan pakai alat elektronik)" Hoahaha
4. Komedinya Cerdas
Meski tak banyak, ada beberapa adegan yang bisa bikin kita tertawa. Kehadiran sahabat wanita merangkap menteri luar negeri yang memberikan saran melalui masa membesarkan keempat anaknya ketika remaja dengan banyak minuman keras cukup membuat saya tersenyum kecut.
Paling puas itu ketika Bu Presiden memberikan tamparan keras secara harfiah bagi dalang pelakunya.
5. Kostum Stylish
Presiden Dani menyala banget dengan gaun merah, berbahan silk atau satin mengilap dilengkapi cape ala superhero. Yang paling bikin bangga, beliau mengganti high heels super tinggi saran dari penata busananya dengan sepatu sneakers. Sungguh saya banget. Pemain lain pun kece gile, memang temanya pakaian resmi kenegaraan, yang menonjol adalah ibu negara Korsel yang berkostum nasional dan Serena yang penampilan formalnya tetap remaja banget.
6. Isu Penting Yang Diangkat
Selain menekankan patriotisme, ada issue yang bisa dijadikan bahan berpikir kritis : dampak peperangan, perkembangan mata uang kripto dan teknologi deepfake, yang paling penting posisi negara G20 di percaturan dunia, apakah dengan pengaruh mereka akan ide penyatuan mata uang dunia bisa membawa dampak pemerataan kesejahteraan dan mengurangi kemiskinan bahkan kelaparan global? Tenang saja, pembahasan moneter yang semestinya njelimet, ditanyakan to the point oleh ibu negera Korsel pakai istilah sekarang, "Saya bukan bankir, tolong jelasin dalam bahasa bayi, dong"
Secara keseluruhan, bagi saya film G20 ini masuk kategori saya rekomendasikan disaksikan bareng keluarga dengan rating 8,5/10.
Posting Komentar